Pasar ekspor pakis hias diperluas ke Australia setelah sebelumnya merambah Jepang dan Singapura.
Ekspor perdana ke Negeri Kangguru dilakukan oleh PT Tropika Flora Persada sebanyak 38.800 tangkai. Pengiriman dilakukan melalui Bandara Achmad Yani, Semarang, Jawa Tengah.
Perusahaan yang berbasis di Temanggung, Jawa Tengah itu telah mengembangkan tanaman pakis hias di lereng Gunung Sumbing di ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Dengan luas lahan 40 hektare (ha), setiap harinya mampu dipanen 50.000 tangkai pakis hias.
Harga pakis hias sekitar US$13,8 per ikat (12 tangkai) atau berkisar Rp15.000 per batang. Dengan demikian, nilai ekspor pakis hias perdana ke Australia mencapai Rp580 juta.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang Wawan Sutian mengatakan langkah ini merupakan bagian akselerasi ekspor produk pertanian unik.
“Aturan Australia sangat ketat. Jadi, ini patut dibanggakan karena kita mampu menembus pasar Australia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (8/4/2018).
Sepanjang 2017, ekspor pakis hias mencapai 10,2 juta tangkai ke Jepang dan Singapura. Tidak hanya ekspor, permintaan dalam negeri pun membeludak, terutama dari kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
Wawan menambahkan karantina pertanian wajib memastikan tiap tangkai pakis tidak membawa risiko penyakit tanaman ke negara tujuan. Pemeriksaan yang tidak cermat dapat membuat produk Indonesia ditolak, bahkan dimusnahkan oleh otoritas di negara tujuan.