Keberadaan sirkus Lumba-lumba keliling yang ada di lahan kosong Kebon Resto Resto dan Café, di Jalan Gatot Soebroto, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, dikecam oleh kelompok aktivis pecinta hewan, Animal Friends Jogja (AFJ).
Kemarin, Sabtu (3/8/2019), mereka menggelar aksi unjuk rasa di depan sirkus untuk menolak keberadaan sirkus yang dinilai sebagai bentuk eksploitasi terhadap satwa.
“Kami menentang adanya sirkus lumba-lumba ini karena ini adalah eksploitasi satwa. Pertunjukkan sirkus lumba-lumba ini adalah bentuk kekejaman terhadap satwa, dan ini harus dihentikan,” ujar Angelina Pane, Program Manager Animal Friends Jogja, Sabtu (3/8/2019) saat ditemui Tribunjogja.com di sela aksi unjuk rasa.
Angeline mengatakan, sirkus Lumba-lumba keliling seperti ini seharusnya sudah tidak diperbolehkan lagi dan mesti dihentikan.
Namun, ia prihatin, di Indonesia, praktik eksplotasi terhadap satwa ini masih saja dilakukan.
“Sirkus lumba-lumba seperti ini sebenarnya sudah dihentikan di seluruh dunia, tetapi di Indonesia, sirkus seperti ini masih saja dibiarkan terjadi,” katanya.
Pelarangan tersebut sudah tercantum pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/Menhut-II/2006 tentang lembaga konservasi.
Namun, para operator malah nekat menggelar bisnis ekspolitasi seperti ini.
Para satwa dipaksa melakukan atraksi dengan metode lapar.
Alat pengeras suara yang digunakan dalam pertunjukkan ini juga dinilai dapat melukai pendengaran hewan mamalia seperti lumba-lumba ini.
“Lumba-lumba memiliki pendengaran yang tajam. Penggunaan pengeras suara dapat menyebabkan stress,” kata Angeline.
Lanjut Angeline, berizin atau tidak berizin pertunjukkan satwa tersebut, eksploitasi tetaplah eksploitasi.
Pertunjukkan semacam itu mesti harus dihentikan, karena ini merupakan bentuk kekejaman terhadap satwa.
“Berizin atau tidak berizin yang namanya eksploitasi satwa tetaplah eksploitasi. Kami merasa malu dan prihatin. Indonesia mestinya pro satwa dan pro konservasi, bukan pro eksploitasi seperti yang terjadi di sini,” tutur Angeline.
Dari pantauan Tribunjogja.com, para aktivis sendiri melakukan aksi unjuk rasanya dengan mengenakan topeng superhero dan para pejabat.
Mereka membawa atribut dan spanduk bertuliskan penolakan terhadap eksploitasi satwa.
Mereka juga melakukan orasi di sepanjang jalan di depan sirkus.
“Kami menolak apapun bentuk kekejaman terhadap satwa,” kata mereka.
Pihak Sirkus Sanggah Lakukan Eksploitasi
Marketing Sirkus Lumba-lumba, Krisna, mengatakan, pertunjukan sirkus lumba-lumba ini digelar untuk mengedukasi masyarakat.
Ia pun menyanggah adanya eksploitasi yang dilakukan oleh pihak pengelola terhadap satwa di dalam pertunjukkan sirkus lumba-lumba tersebut.
Seperti soal air kolam lumba-lumba yang kotor dan keruh, ia mengatakan sebabnya karena dalam proses penjernihan.
Krisna juga menuturkan, tidak ada atraksi lingkaran api dalam pertunjukan lumba-lumba.
“Kami hanya ingin memperkenalkan satwa langka ini kepada masyarakat, sehingga mereka tidak perlu melihat satwa ini sampai ke laut. Silahkan dicek dan disaksikan sendiri,” kata Krisna.
Lanjut Krisna, pihaknya juga mengaku telah mengantongi izin untuk pertunjukkan tersebut, baik izin keramaian, izin penggunaan lahan dari Akademi Militer, dan izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
“Kami sudah memiliki izin legal, mulai dari izin lahan milik AKMIL, kemudian dari BKSDA juga sudah ada. Silakan jika teman-teman ingin melihat ke dalam,” pungkasnya.