Kebakaran hutan telah mengakibatkan kerugian hingga triliunan pada 2015 lalu. Kebakaran hutan masih terus menghantui Indonesia selama musim kering Agustus-September tahun ini.
Pada Senin (7/8/2017), Presiden Joko Widodo telah memanggil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait kebakaran hutan dan lahan yang akhir-akhir ini eskalasinya meningkat.
Sebanyak enam provinsi menyatakan darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada awal Agustus. Keenam provinsi itu adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
“Kalteng baru menyatakan siaga darurat minggu lalu,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya melalui Kontan.co.id, Selasa (8/8/2017).
Ia menjelaskan, di Sumatera Selatan, petugas masih berupaya memadamkan titik panas di Indralaya, Ogan Ilir. Hingga minggu pertama Agustus, Siti mengatakan, sudah terdeteksi 233 titik panas di Indonesia.
Siti mengatakan data pada Juni 2017 terdeteksi 231 titik api (hotspot), lebih besar dibanding 2016 yang hanya 155 titik api, namun masih jauh dari data 2015 yang mencapai 2.043 titik api.
Siti mengatakan wilayah Riau yang menjadi perhatian justru bisa menekan jumlah titik panas atau hotspot. Saat ini petugas bersama masyarakat terus berupaya memadamkan hotspot. “Sistem operasi terpadu sudah dijalankan. Sistem kesiagaan pun sudah jalan,” ujar Siti.
Upaya lain yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) adalah mendirikan Posko Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan di kawasan Kantor KLHK yang beroperasi 24 jam.
Di posko tersebut, para petugas siap menerima informasi apa pun mengenai potensi kebakaran hutan dan lahan. Nantinya, informasi tersebut diteruskan ke petugas lapangan untuk dicek dan segera ditangani.
Koordinator Posko Peringatan dan Deteksi Dini Karhutla, KLHK, Eva memaparkan timnya melakukan beberapa upaya pencegahan, seperti patroli terpadu dan pengecekan lapangan. Patroli terpadu dilakukan bersama dengan aparat Polisi dan TNI, Kepala Desa atau tokoh Desa, LSM dan dua orang tim Manggala Agni.
Ia menjelaskan, tim patroli tersebut juga mendirikan posko di tiap desa sebagai tempat penyuluhan dan pos pengaduan jika ditemukan hotspot. Sampai saat ini, patroli terpadu sudah dilakukan di 438 desa. Sampai akhir September, rencananya hingga 628 desa dan target hingga akhir tahun sebanyak 731 desa.
Alap-alap pemantau titik api kebakaran hutan
Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengembangkan pesawat udara tanpa awak jenis Alap-Alap yang dapat memantau hotspot. Pesawat ini dilengkapi rumah kamera, video dan infra merah, sehingga mampu melakukan pemantauan dalam radius 80 kilometer.
Pesawat tanpa awak pemantau ini telah diterima Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (7/8/2017). Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsigaan BNPB, Wisnu Widjaja, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan penggunaan pesawat dari BPPT menjadi bagian dari upaya memaksimalkan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang beberapa hari ini semakin meluas serta untuk jangka panjang.
Pesawat Alap-Alap PA4 dan PA5, bisa digunakan untuk pemetaan udara. Rumah kamera yang tersemat di bawah dapat melakukan monitoring visual dari udara secara daring. Kamera video dapat melakukan pembesaran gambar atau zooming, penguncian sasaran untuk dijadikan sebagai bukti foto jika diperlukan.
Pesawat ini mampu terbang nonstop selama tujuh jam. Kemampuan pemetaan pesawat Alap-Alap ini lebih dari 2.600 hektare per jam terbang. Dalam sehari, pesawat ini mampu memantau area sekitar 13.00 hektare dengan resolusi 1280 x 720 HD atau sekitar 13 cm/pixel.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT, Wahyu Widodo Pandoe mengatakan, pesawat tanpa awak ini hasil karya anak bangsa yang dimotori oleh BPPT. “Sehingga perlu dimanfaatkan oleh institusi pemerintah, untuk kedaulatan tanah air, termasuk dalam penanggulangan kebakaran hutan,” katanya.
Source: Beritagar