Dinas Lingkungan Hidup(DLH) Kota Semarang mendorong warga Kota Semarang melakukan pemilahan dan pengurangan sampah.
Kasi Pengaduan dan Penanganan Sengketa Lingkungan DLH Kota Semarang, Noramaning Istini mengatakan, masih ada masyarakat yang belum memahami terkait pemilahan sampah.
Dia mencontohkan, satu diantara berbagai jenis sampah yang masih kerap dibuang begitu saja yaitu sisa minyak goreng.
Sebenarnya, sisa minyak goreng bisa dikumpulkan kemudian ditukar di bank sampah yang ada di Kota Semarang.
“Kantor kami mendirikan yang namanya bank sampah. Sisa minyak goreng saja ada yang beli. Jadi, setiap punya jelantah, taro di jerigen, nanti bisa ditukar di bank sampah,” kata Nora, Senin (5/8/2019).
Diakuinya, belum semua masyarakat memahami pengolahan sampah, hal ini bisa dilihat masih ada masyarakat yang membakar sampah.
Padahal, jika masyarakat dapat mengumpulkan terurama sampah plastik, kemudian dilakukan pemilahan dengan memberdayakan PKK, hasilnya dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat bersama.
Kepala DLH Kota Semarang, Sapto Adi Suguhartono memaparkan, Wali Kota Semarang telah mengeluarkan Peraturan Wali Kota (Perwal) tentang pengendalian penggunaan plastik.
Dalam perwal tersebut, para pemilik usaha, retail, dan pemilik warung diminta untuk membatasi sampah plastik. Penggunaan sedotan, tas kresek, dan botol sekali pakai harus dikurangi.
“Kami mendorong pengurangan sampah plastik dengan hadirnya bank sampah,” tutur Sapto.
Dikatakannya, ada 120 bank sampah di Kota Semarang.
Dalam bank sampah tersebut, semua jenis sampah dipilah menurut jenisnya, seperti botol, plastik, saschet.
Menurutnya, semua jenis sampah tersebut memiliki nilai ekonomis. Sehingga, perlu adanya recycle atau proses daur ulang menjadi sebuah benda yang bernilai ekonomis.
“Kami pandang itu bukan sampah tapi ada nilai ekonomi yang berputar disana. Sehingga, kami harap masyarakat bisa memilah sampah-sampah tersebut,” ucapnya.
Disebutkannya, seluruh bank sampah di Kota Semarang merupakan bank sampah yang aktif.
Sebab, merek dibina oleh organisasi maupun perusahaan yang mau berkontribusi membantu pengurangan sampah plastik.
Dia berharap, tidak hanya perusahaan yang peduli terhadap sampah plastik, namun ada investor di Semarang yang mau menerima sampah plastik yang saat ini masih menjadi persoalan kota.
“Kami masih mengirim sampah-sampah plastik ke Jawa Timur, ke perusahaan-perusahaan yang ada disana. Kami harap investor di Kota Semarang mau menerima sampah plastik sehingga tidak harus mengirim ke sana,” harapnya.
Dia membeberkan, volume sampah masyarakat Kota Semarang yang masuk ke TPA Jatibarang saat unu mencapai 1.000 hingga 1.200 ton setiap hari.
Sementara, sampah plastik sendiri sekitar 25 persen dari jumlah tersebut.