Merdeka.com – Hutan di lereng Gunung Lawu seluas 1,5 hektare terbakar, Selasa (19/6) lalu. Hingga saat ini penyebab kebakaran hutan di petak 63 RPH (Resor Pemangkuan Hutan) Nglerak, Juwangi BKPH Lawu utara tersebut belum diketahui. Beruntung kebakaran tersebut akhirnya padam dalam waktu 24 jam setelah turun hujan deras.
Kepala Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Surakarta Eka Muhammad menduga kebakaran disebabkan faktor kelalaian manusia. Pihaknya kesulitan untuk melakukan penyelidikan, karena lokasi lahan terletak di ketinggian 2 ribu meter di atas permukaan laut dan berada di tepi jurang. Sehingga sulit untuk dijangkau manusia.
“Kejadian itu bisa saja dilakukan oleh orang-orang tertentu yang lagi cari jamu atau apa. Jadi bukan orang mendaki atau bikin arang. Pasti dilakukan manusia yang bikin api karena kedinginan, tapi lupa mematikannya,” ujar Eka saat seusai Apel Siaga Penanggulangan dan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan KPH Surakarta di Tawangmangu, Sabtu (23/6).
Guna mengantisipasi kejadian serupa, pihaknya mulai membentuk satuan pelaksana. Mereka juga melibatkan masyarakat serta instansi lain dalam melakukan antisipasi kebakaran di lereng Lawu.
Eka menyebut, ancaman kebakaran hutan selalu muncul saat musim kemarau. Untuk itu pihaknya terus meningkatkan kesiagaan melakukan pencegahan maupun penanganannya.
Eka menjelaskan, sebagian besar vegetasi di lereng Gunung Lawu berupa pohon pinus yang memiliki sifat mudah terbakar. Sebagai upaya antisipasi, pihaknya melakukan sosialisasi mengenai bahaya kebakaran kepada para pendaki yang memasuki wilayah Lawu.
“Secara teknis, mulai dari pos itu kami bikin papan peringatan untuk pendaki, dilarang bikin perapian di atas, tidak boleh membuang puntung rokok sembarangan. Kami juga ada patroli dari pos Cemoro Kandang sampai Pos Cetho,” terangnya.
Selain kepada pendaki, lanjut Eka, petugas dan relawan juga mengimbau kepada warga untuk tidak melakukan aktivitas perapian di sekitar hutan, termasuk membuat arang.
“Untuk alat pemadaman kami masih tradisional, pakai gepyokan. Untuk alat pemadam masih terbatas, terus terang kami masih kekurangan. Ke depan kami akan berusaha melengkapinya,” tutup Eka.