SEPERTI biasanya, warga Jalan Benua Etam RT 3, Kelurahan Gayam, berkumpul di halaman rumah Ilhamsyah untuk bermain bola voli. Namun, aktivitas Sabtu (15/9) lalu itu, terganggu oleh bau tak sedap seperti bau bangkai tikus. Baunya sangat menyengat, warga pun mencoba mencari asal bau. Bangkai tikus tak ketemu, ternyata berasal dari bunga yang berada di perkarangan, tak jauh dari lapangan bola voli.
Bagi sebagian warga sekitar tentu hal ini langka, tapi bagi Wahyu (44) yang merupakan adik dari Ilhamsyah, sudah biasa dalam lima tahun terakhir. Bunga tersebut, kata Wahyu, sudah tiga kali berbunga dalam lima tahun. Yang pertama, bunga muncul ada dua dari dua pohon yang ada, kemudian ada tiga bunga dan baru di tahun 2018 ini, hanya satu yang berbunga.
Wahyu tak ingat tahun berapa kali terakhir bunga tersebut muncul di perkarangan rumah kakaknya, yang disewakan itu. Bahkan dia tak tahu asal muasal bunga tersebut bisa tumbuh. Tumbuhnya bunga juga tidak di tempat yang sama, tapi berbeda-beda.
“Yang mekar saat ini lebih kecil dari yang sebelumnya, kami biarkan saja dan tak pernah di rawat. Bunga itu baunya seperti bau tikus mati, dan awal mekar saja,” jelasnya kepada Berau Post, Senin (17/9) kemarin.
Ayah satu anak ini menduga, bunga itu mekar sejak Jumat (14/9) lalu. Dan biasanya mekar saat pagi dan sore hari. Selanjutnya, dalam dua pekan, bunga akan layu dan mati. Tapi tidak pada pohonnya.
Wahyu mengaku tak tahu jenis bunga itu, namun menurutnya adalah jenis bunga bangkai. “Tapi bukan bunga bangkai yang besar itu, ini mungkin jenis lainnya,” pungkasnya.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Berau, Agento Seno mengatakan, bunga bangkai yang ditemukan warga di Jalan Benua Etam tersebut, merupakan Amorphophallus Paeoniifolius yang tidaklah langka seperti bunga bangkai raksasa atau Amorphophallus Titanum.
“Itu bunga bangkai Amorohophallus Paeoniifolius atau biasanya disebut Suweg dan itu banyak memang di mana-mana,” katanya kepada Berau Post, Senin (17/9).
Selama ini, ia menerangkan pihaknya tidak terlalu mengetahui dan memiliki data lebih lengkap mengenai bunga tersebut. Sebab, bunga cantik berwarna merah keunguan ini cukup banyak tumbuh di seluruh daerah di Indonesia.
Namun, meskipun terbilang masih cukup banyak ditemukan, Agento pun berpendapat tidak banyak diketahui karena salah satu spesies bunga bangkai ini jarang disertai kemunculan bunganya. “Mungkin banyak (tumbuhnya), cuman jadi terlihat aneh karena muncul bunganya. Kan biasanya yang dilihat daun atau pohonnya saja,” ucapnya.
Tumbuhan dengan nama latin Amorphophallus Paeoniifolius ini juga disebutnya cukup banyak tumbuh di Pulau Jawa. Bahkan, ia mengaku saat mengunjungi Flores juga terdapat bunga bangkai tersebut di Bumi Papua.
“Tumbuhan ini juga tak jarang dimanfaatkan masyarakat dan nama Jawa-nya ya itu tadi Suweg. Terus untuk keberadaannya selain di Kaltim juga saya kurang tahu dan tidak terlalu memperhatikan, karena tidak dianggap “wah” gitu,” tandasnya tersenyum. (arp/app2)