Joesley dan Wesley Batista, dua konglomerat bersaudara Brasil yang pernah terlibat dalam skandal korupsi, tengah menghadapi sengketa jual-beli pabrik pulp dengan cucu konglomerat Indonesia, Jackson Widjaja. Sebelumnya Batista bersaudara telah setuju untuk menjual Eldorado Brasil Celulose (EBC) kepada Paper Excellence Group, perusahaan berbasis di Belanda yang dimiliki Jackson Widjaja, cucu taipan Eka Widjaja.
Tawaran senilai USD 4 miliar bak rezeki nomplok yang datang tepat waktu untuk Batista bersaudara. Batista bergegas menjual aset EBC setelah munculnya pengakuan suapyang mengguncang kerajaan daging JBS SA milik mereka. Namun, dalam perjalanannya, J&F, perusahaan induk Batista, mengatakan bahwa pihaknya mengakhiri perjanjian karena Paper Excellence Group melewati tenggat waktu penyelesaian 12 bulan yang telah disepakati.
Perusahaan Widjaja yang telah membeli 49,4 persen saham menjadi pemilik saham minoritas, dengan EBC tetap memegang kendali, kata J&F. EBC saat ini dijalankan Aguinaldo Ramos Filho, keponakan Wesley dan Joesley yang berusia 25 tahun, yang juga menduduki kursi di dewan JBS.
Tuduhan tersebut dibantah J&F, yang mengatakan bahwa perselisihan bukan karena harga, melainkan ketidakmampuan Paper Excellence untuk mendapatkan pembiayaan dari bank. Menurut J&F, jaminan pembiayaan dari bank merupakan prasyarat penting bagi Paper Excellence untuk mengambil kendali.
Benarkah Paper Excellent bermasalah soal jaminan bank? Jawaban pertanyaan tersebut bisa dilihat dengan langkah China Development Bank (CDB) memutuskan mundur dari pembiayaan kesepakatan dengan Paper Excellence. Banyak orang terkejut karena CDB diketahui adalah pemodal utama Asia Pulp and Paper (APP). APP, yang juga dikendalikan oleh keluarga Widjaja, dikatakan memiliki hubungan dengan Paper Excellence.
Pada 2013, CDB memberikan pinjaman senilai USD 1,8 miliar kepada APP untuk membangun pabrik di Ogan Komering Hulu (OKI) di Sumatra Selatan, Indonesia, setara dengan 70% dari total investasi. Saat itu Environmental Paper Network (EPN) mengirim surat protes kepada CDB berisi keprihatinan atas pasokan serat dari sumber ilegal, laju deforestasi yang tinggi, dan kurangnya dukungan dari masyarakat lokal terhadap operasional APP.
Cina yang masih sangat bergantung pada impor pulp untuk memenuhi permintaan domestik, memiliki kepentingan dalam mengamankan pasokan pulp dari seluruh dunia. Mereka memberikan dukungan finansial kepada konglomerat keluarga Widjaja untuk membeli pabrik pulp utama di Brasil. CDB diharapkan dapat membantu menjamin pasokan bagi kebutuhan di Negeri Tirai Bambu itu. September 2017, ketika berita mengenai kemungkinan kesepakatan Eldorado dan Paper Excellence beredar secara luas, CDB diyakini tertarik untuk ikut membiayai kesepakatan tersebut.
EPN kembali memberikan pesan dengan menyatakan keprihatinannya atas banyak janji yang dilanggar APP dan kurangnya implementasi atas Kebijakan Konservasi Hutan yang sudah ditetapkan. Peringatan dari EPN mewakili risiko reputasi dan finansial untuk CDB. Dan risiko keuangan adalah sejarah APP yang sudah terekspos secara luas di masa lalu.
Pada 2001 APP gagal membayar utang senilai USD 14 miliar. Ketika Paper Excellence berniat membeli Fibria, perusahaan pulp terbesar di Brasil, EPN lagi-lagi kembali menghubungi CDB, memberi tahu mereka tentang risiko yang terkait dengan pembiayaan kesepakatan semacam itu.
Rekam jejak kasus kerajaan bisnis keluarga Widjaja menimbulkan keraguan atas kemampuan Paper Excellence untuk mendapatkan pembiayaan ditambah hubungannya dengan Asia Pulp & Paper yang pernah mengalami default lebih dari USD 12 miliar setelah berekspansi ke Cina. Dan walaupun Paper Excellence mengatakan memiliki uang lebih dari USD 11 miliar untuk membayar utang EBC dan membeli pengendali Batista, laporan rekening bank yang disajikan sebagai bukti itu dinilai tidak memberikan opsi tentang cara melakukan pembayaran.
Pengadilan arbitrase masih bergulir. J&F mengatakan akan terus memperjuangkan hak-haknya, dan berharap bisa memperbaiki hubungan dengan mitranya demi kebaikan Eldorado. Di pihak lain, Paper Excellence optimis akan menang di pengadilan arbitrase karena berpegang pada kontrak tahun lalu. Mereka bilang, akan terus memperjuangkan hak-haknya.