Penyu hijau mmerupakan salah satu satwa yang dilindungi di Indonesia. Keberadaannya yang semakin langka membuat pemerintah berkewajiban melindunginya dari ancaman kepunahan.
Namun demikian, upaya penyelamatan penyu hijau atau Chelonia mydasini bukan tanpa halangan. Pasalnya banyak penyu yang mati ditemukan diberbagai wilayah sepanjang beberapa tahun belakangan.
Temuan terakhir bangkai penyu hijau ini sendiri didapati di kawasan Pantai Sepanjang, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta. Seekor penyu yang diduga kuat adalah penyu hijau dengan diameter 50 cm dan berat sekitar 45 kilogram ditemukan sudah membusuk di pantai tersebut.
Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan penyu tersebut mati. Usai penemuan, petugas SAR Satlinmas sendiri langsung mengubur bangkai penyu itu karena menyebabkan bau busuk yang cukup menyengat.
Sekretaris SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul, Surisdiyanto mengakui, penyu tersebut diduga jenis penyu hijau (Chelonia mydas). Masyarakat sekitar biasa menyebutnya penyu kintel.
Bangkai penyu pertama kali ditemukan oleh salah seorang petugas SAR yang sedang berpatroli di sekitar kawasan Pantai Sepanjang, Senin (6/5) sekitar pukul 13.00 WIB.
“Saat berpatroli, petugas melihat penyu mengapung dan mengeluarkan bau tak sedap,” kata Suris dilansir dari Kompas.com, Senin (6/5).
Oleh petugas, bangkai penyu tersebut kemudian dievakuasi ke daratan dan dikubur di pasir Pantai Sepanjang. Suris menjelaskan, peristiwa ini bukan yang pertama kali terjadi. Tahun lalu, ada sekitar lima ekor penyu ditemukan mati di wilayah operasi SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul.
Menurutnya, sebelum ada sosialisasi beberapa tahun lalu, ada beberapa warga yang memancing penyu. Tetapi sekarang, jika menemukan penyu mati, warga takut untuk mengevakuasi.
Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul beberapa waktu lalu mendata ada 25 pantai yang sering digunakan untuk pendaratan penyu. Namun ada enam pantai yang memiliki potensi untuk dijadikan pendaratan penyu untuk bertelur antara lain Pantai Woh Kudu, Kayu Arum, Porok, Ngrumput, Seruni dan Ngitun.
Kepala DKP Gunungkidul, Khrisna Berlian mengatakan, berdasarkan SK Bupati ada 12 pantai yang telah ditetapkan sebagai konservasi penyu, dan beberapa tahun lalu masih banyak ditemukan penyu yang bertelur di kawasan pantai tersebut. Namun sejak berkembangnya pariwisata, penyu sudah tidak sering muncul.
“Penyu untuk berkembang biak atau bertelur perlu tempat yang gelap, jauh dari keramaian. Tapi saat ini semua pantai sudah ramai jadi sudah jarang yang muncul,” ucapnya.