BOJONEGORO – Tingginya jumlah kendaraan selama musim mudik Lebaran tentu berdampak langsung pada kondisi udara di Bojonegoro. Kawasan dilintasi jalur provinsi, dipastikan potensi pencemaran udaranya meningkat. Itu disebabkan masih minimnya tanaman di kanan-kiri jalan.
Kasi Pengendalian Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro Nur Rahmawati mengatakan, pasca Lebaran potensi pencemaran paling besar ada di udara. Sebab, menurut dia, secara otomatis jumlah pengendara kendaraan bermotor melintas juga mengalami peningkatan. Karena itu, wajar jika kawasan dilintasi jalur provinsi bakal mengalami pencemaran udara.
“Jalur provinsi tentu banyak kendaraan melintas, nah besar kemungkinan udaranya tercemar,” kata Rahmawati kemarin.
Rahmawati menjelaskan, sebenarnya, pencemaran udara tidak hanya terjadi di kawasan dekat jalur provinsi. Kawasan jalan kabupaten pun, jika banyak kendaraan yang melintas tidak menutup kemungkinan bakal mengalami pencemaran udara. Indikator paling mudah adalah udara tidak enak dihirup dan mengganggu pernapasan. Meski, indikator secara detail harus dibuktikan dengan adanya hasil uji laboratorium.
Dari data dia miliki, untuk hasil pengujian udara pada Maret lalu misalnya, dari baku mutu debu Bojonegoro sebesar 0,26 mg/Nm3 saja, hasil didapat mencapai 0,4916 mg/Nm3.
Dari data tersebut, tentu bisa diketahui jika kondisi udara sangat buruk. Padahal, itu sampel itu diambil pada Maret lalu. Karena itu, dia memastikan jika tengah hingga akhir Juni, kondisi udara bisa lebih buruk.
Buruknya kualitas udara, kata Rahmawati disebabkan dari banyaknya gas buang beredar di kawasan yang dilewati kendaraan. Semakin banyak kendaraan melintas, tentu semakin banyak gas buang beredar. Konsekuensinya, lanjut dia, kondisi udara juga semakin buruk. Atau bisa dikatakan mengalami pencemaran udara.
“Kalau semakin banyak gas buang yang beredar, tentu kondisi udara juga semakin buruk,” imbuh dia.
Rahmawati menambahkan, sebenarnya, buruknya kondisi udara bisa cepat dinetralisir jika di kawasan dilintasi kendaraan banyak ditemui pepohonan. Sebab, pepohonan mampu menyerap partikel udara buruk. Namun, sayangnya, mayoritas jalur provinsi di Bojonegoro tidak begitu banyak pepohonan.
Tidak hanya jalur provinsi, jalur kabupaten juga mulai sulit menemukan pohon tertanam di pinggir jalan. “Andai masih banyak ditemui pepohonan, tentu potensi pencemaran udara bisa berkurang,” pungkas dia.