• Latest
  • Trending
Penggunaan Tanaman Lidah Mertua tak Efektif dan Sia-Sia

Penggunaan Tanaman Lidah Mertua tak Efektif dan Sia-Sia

August 1, 2019
Pembakar Lahan Hutan di Siak Diamankan Polisi

Penanggulangan Terorisme di Masa Pandemi

September 9, 2020
Harimau Mati dengan Jerat di Leher Dianggap Bukti Perburuan Masih Ada

Harimau Mati dengan Jerat di Leher Dianggap Bukti Perburuan Masih Ada

September 2, 2020
Bioplastik Tidak Hilangkan Masalah Sampah Plastik?

Bioplastik Tidak Hilangkan Masalah Sampah Plastik?

September 1, 2020
Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur Berpacu dengan Waktu

Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur Berpacu dengan Waktu

September 1, 2020
Aksi Penambangan Emas Ilegal di Aceh Barat Semakin Meningkat

Aksi Penambangan Emas Ilegal di Aceh Barat Semakin Meningkat

September 1, 2020
BBKSDA Sumut Selamatkan Harimau Sumatera, Hindari Konflik Satwa-Manusia

BBKSDA Sumut Selamatkan Harimau Sumatera, Hindari Konflik Satwa-Manusia

August 31, 2020
KLHK Latih 98 Pendamping Masyarakat Penegakan Hukum Lingkungan

KLHK Latih 98 Pendamping Masyarakat Penegakan Hukum Lingkungan

August 31, 2020
Kurangi Sampah Plastik, KKP Kembangkan Kemasan dari Rumput Laut

Kurangi Sampah Plastik, KKP Kembangkan Kemasan dari Rumput Laut

August 29, 2020
Ikan-Ikan di Situ Rawa Besar Depok Mendadak Mati, Diduga karena Limbah Sampah

Ikan-Ikan di Situ Rawa Besar Depok Mendadak Mati, Diduga karena Limbah Sampah

August 29, 2020
Hutan untuk Perkebunan Sawit, Megawati: Sangat Merusak

Hutan untuk Perkebunan Sawit, Megawati: Sangat Merusak

August 29, 2020
Ustaz Abdul Somad Ingatkan Dosa Besar Pembalakan dan Pembakaran Hutan

Ustaz Abdul Somad Ingatkan Dosa Besar Pembalakan dan Pembakaran Hutan

August 28, 2020
BNPB Petakan Daerah Rentan Karhutla

BNPB Petakan Daerah Rentan Karhutla

August 25, 2020
Ramalan Hijau
No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
Thursday, March 4, 2021
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports
No Result
View All Result
Ramalan Hijau
No Result
View All Result

Penggunaan Tanaman Lidah Mertua tak Efektif dan Sia-Sia

August 1, 2019
in Asia, Climate Change, Environment, Featured, Indonesia News, News
0
Home World News Asia
Post Views: 136

 

Program penanaman lidah mertua untuk mengatasi persoalan udara ibu kota yang kotor menuai polemik. Pasalnya program ini dinilai tidak efektif. Memang, dalam praktiknya Lembaga Antariksa dan Luar Angkasa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) telah melakukan penelitian terhadap tanaman yang memiliki nama latin Sansevieria trifasciata ini pada 1989 silam. NASA pun juga menggunakan lidah mertua pada stasiun luar angkasanya untuk membersihkan udara yang kotor dan tercemar.

Namun, Jakarta bukan stasiun luar angkasa. Jakarta adalah darata dengan luas 661,5 kilometer persegi. Nah, untuk memenuhi kebutuhan udara di ibu kota yang tercemar, dibutuhkan hingga jutaan lidah mertua. Direktur Eksekutif Walhi DKI Jakarta Bagus juga menegaskan, pemilihan satu jenis tanaman lidah mertua tidak tepat.

”Kalau di tingkat lokal (halaman rumah), itu penting. Tapi kenapa harus memiliih lidah mertua. Langkah Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI jelas tidak signifikan,” ujar Bagus kepada INDOPOS, Senin (29/7/2019).

RelatedPosts

Puting Beliung Berkecepatan 63 KM/Jam Bakal Hantam Jakarta,

Kala Satwa Menderita karena Kebakaran Hutan dan Lahan

Truk Batu Bara dan Sawit di Jalan Umum Terkesan Dibiarkan

Tarik Turis Australia, KBRI Canberra Perkenalkan Budaya Minahasa hingga Sangihe

5 Lokasi Wisata Cantik di Bengkulu yang Wajib Dikunjungi

Bagus mempertanyakan program penanaman lidah mertua ini. Karena, program ini tidak bisa menjamin kebersihan udara secara keseluruhan. Pembagian tanaman lidah mertua kepada warga tidak menjawab masalah pencemaran udara di Jakarta.

Semestinya penanaman tanaman bisa dilakukan secara bervariasi. Tentu saja penanaman tanaman tersebut tidak hanya untuk pencegahan pencemaran udara, tetapi juga ketersediaan oksigen. ”Untuk jenisnya, banyak tanaman yang bisa mengikat polutan. Kalau lidah mertua kan jenis tanaman pendek, jadi kita masih mengalami paparan,” terangnya.

Wacana menggunakan lidah mertua ini memang telah disampaikan secara gamblang oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia meyakinkan publik bahwa pihaknya akan melakukan segala hal untuk mengurangi dampak polusi udara, salah satunya dengan tanaman lidah mertua.

”Ini sebetulnya teknis tetapi secara substansi Pemprov DKI akan melakukan semua yang bisa dikerjakan. Semua yang bisa dikerjakan, insya Allah, kami kerjakan. Apakah ini satu-satunya (solusi)? Tentu tidak. Jadi, itu bagian dari usaha kami,” kata Anies Baswedan beberapa waktu lalu.

Ironinya, hingga kini belum ada satu dinas pun yang ditunjuk untuk menyediakan tanaman seharga Rp250.000 per pot. Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Yusiono Anwar Supalal menjelaskan, pihaknya tidak diberikan tugas untuk menyediakan lidah mertua. Meski, tanggung jawab atas persoalan pencemaran udara dimiliki penuh oleh pihaknya. ”Tupoksi untuk penanganan polusi memang di kami (Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta), tapi untuk pengadaan itu (lidah mertua) bukan di kami,” terangnya pada Minggu (28/7/2019).

Juga belum ditunjuk secara langsung untuk menyediakan lidah mertua. Kepala Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Darjamuni juga menuturkan, proyek penanaman lidah mertua juga bukan merupakan kewenangan pihaknya. Menurutnya, kewenangan budidaya hingga penyerahan tanaman lidah mertua kepada masyarakat dipegang oleh Dinas Kehutanan atau Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

”Kita proyek khusus lidah mertua itu nggak ada. Kalau saya lihat, karena itu tanaman hias, leading sector-nya itu Dinas Kehutanan dan Pertamanan, tapi saya nggak tahu apakah mereka punya atau nggak,” ungkapnya saat dihubungi, Senin (29/7/2019).

Namun, Darjamuni menyebutkan, pihaknya telah ikut membantu menyusun sejumlah program dalam pengurangan polusi ibu kota. Antara lain penanaman tanaman toga atau tanaman hias lewat program gang-gang hijau, lahan terbuka, bedah pekarangan, hidroponik dan penanaman pohon produktif. ”Intinya kami dalam rangka membantu mengurangi polusi kami menerapkan penanaman tanaman toga ataupun hias gang-gang hijau, lahan terbuka, bedah pekarangan, hidroponik dan penanaman pohon produktif,” kata Darjamuni.

Tapi, jika mau disiapkan pembibitannya, Dinas KPKP DKI Jakarta bersedia mengalokasikan 14 lahan seluas 14 ribu hektare guna pengembangan bibit tanaman itu. ”Kalau pun ini kebijakan Pemprov, karena kami memiliki 14 lahan kebun bibit, kalau mau dikembangkan-dikembangkan saja. Karena lidah mertua itu bukan tumbuhan yang sulit (dibudidaya), tumbuhan yang gampang kok, tinggal di-stek atau okulasi tumbuh kok,” tambahnya.

Sementara, terkait manfaat lidah mertua sebagai reduktor polutan diungkapkannya sangat besar, tercatat ada lebih dari 108 jenis polutan yang dapat diserap. Hanya saja, efektivitas penyerapan polutan dengan memanfaatkan lidah mertua hanya dapat diterapkan di dalam ruangan. ”Memang kalau untuk di dalam gedung efektif ya, tapi kalau untuk luar gedung, ’open space’ ya tentunya harus banyak. Harus diteliti berapa kebutuhannya untuk menyerap polutan bebas,” sambungnya.

Menanggapi hal itu, anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Bestari Barus sebut tanaman lidah mertua, hanya cocok sebagai solusi alternatif, bukan solusi utama untuk mengatasi polusi udara di langit ibu kota.

Lidah mertua, menurut Bestari, masih dirasa belum cocok menjadi solusi ampuh bagi pencegahan dan pengurangan polusi udara di Jakarta, mengingat tanaman tersebut tidak bisa tumbuh tinggi di atas satu meter.

”Lagian saya rasa lidah mertua itu adanya di bawah kan ya. Nah kalau udah buat lima meter ke atas gitu gimana dia bisa jadi antipolutan? Jadi lebih ke dia ini cocok sebagai solusi alternatif,” kata Bestari saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Menurut dia, hal utama yang harus dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta saat ini adalah mencari akar masalah utama besarnya polusi udara bersama dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Perhubungan untuk melakukan pencegahan.

”Kalau lidah mertua ini boleh-boleh saja jadi salah satu alternatif yang memperkuat solusi-solusi tadi. Ada yang dengan bantuan alam, ada juga dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan,” tuturnya.

Hal yang ia nilai menjadi langkah pertama dan utama untuk menurunkan tingginya angka polusi udara di Jakarta saat ini adalah penertiban kendaraan, baik umum maupun pribadi yang sudah terlalu lama dipakai untuk tidak digunakan lagi.

”Ada kendaraan yang usianya sudah melebihi 10 tahun dan masih beroperasi, ini kan sumbangannya terhadap polusi itu luar biasa, karena gas buangnya tidak ter-filter dengan baik. Nah ini yang perlu dibuat satu kebijakan baru untuk mengurangi polusi,” ujar anggota fraksi Partai NasDem tersebut.

Bestari lalu mengatakan bahwa DPRD DKI Jakarta telah bicara baik dengan Dinas Lingkungan Hidup maupun Dinas Perhubungan untuk mengadakan penertiban terhadap angkutan-angkutan umum maupun pribadi, hingga sepeda motor.

Penertiban tersebut, lanjut dia, bisa beragam bentuknya. Mulai dari razia bagi kendaraan-kendaraan yang berusia lama, hingga pemberian tanda seperti stiker untuk kendaraan yang sudah lolos uji emisi.

”Jadi selain menimbulkan efek jera, ada kewajiban yang timbul bagi masyarakat untuk mengecek emisi gas buang kendaraan itu. Sehingga orang merasa bahwa uji emisi adalah suatu kelengkapan sendiri bagi kendaraannya seperti layaknya STNK,” tegas Bestari.

Tak Efektif

Menyikapi keberadaan lidah mertua sebagai solusi polusi udara Jakarta, pakar tanaman hutan kota Prof. Endes Dahlan menjelaskan jenis tanaman yang paling efektif sebagai penyerap racun di udara adalah tanaman pepohonan.

”Mawar, anggrek, dan lidah mertua juga bisa. Tetapi kemampuan serapan polutannya tidak setinggi tanaman pepohonan. Tanaman pepohonan mampu menyerap polutan lebih tinggi karena punya banyak daun,“ kata Endes.

Ia menegaskan, karakter tanaman yang dapat menyerap polutan sangat tinggi adalah tanaman pepohonan memiliki banyak daun dan berdiameter daun cukup lebar. Dalam menyerap polutan, kata Endes, tanaman pada umumnya memiliki dua fungsi yaitu menyerap polusi yang berbentuk gas dan menyerap polutan yang berbentuk debu.

”Semua dedaunan dapat menyerap polutan yang berbentuk gas. Tetapi jika konsentrasi polutannya terlalu tinggi, maka tanaman tersebut akan mati keracunan. Karena itu, sebaiknya tanaman tersebut perlu ditanam jauh sebelum konsentrasi gas polutan di udara terlalu tinggi,” jelas Endes.

Endes mencontohkan pohon Trembesi atau pohon hujan yang memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap karbondioksida di udara. Menurutnya, pohon hujan punya rentangan cabang panjang hingga lebih dari 15 meter dapat menyerap 23 ton CO2 per tahun. ”Tapi, dahan pohon ini hanya mampu menyerap CO2 selama 10 sampai satu bulan sebelum akhirnya jatuh berguguran. Pohon tersebut akan membutuhkan energi cukup besar untuk dapat membentuk dahan yang baru dan juga mempertahankan cabang,” pungkas Endes.

Bukan Solusi Tepat

Sementara itu, tidak semua pihak sepakat dengan rencana penggunaan lidah mertua sebagai solusi polusi udara Jakarta. Juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, mengatakan tanaman lidah mertua bukan solusi tepat bagi ibu kota.

Meski tidak menyalahkan rencana Pemprov DKI Jakarta untuk membagikan tanaman lidah mertua, namun Bondan menekankan bahwa pengendalian polusi udara seharusnya dilakukan dari sumber pencemar.

”Masak iya solusinya hanya bagi-bagi lidah mertua? Lah, cerobong-cerobong yang masih mengeluarkan asap, knalpot-knalpot yang masih mengeluarkan gas buang berwarna hitam, sampah yang masih dibakar, mau diapakan?” kata Bondan.

Argumen Bondan bukan tidak berdasar. Data dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, sebanyak 75 persen pencemaran udara berasal dari transportasi darat, sembilan persen dari pembangkit listrik dan pemanas, delapan persen dari industri, dan delapan persen dari domestik.

Pertanyaannya, lanjut Bondan, berapa persen target pengurangan pencemaran udara yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mewujudkan udara Jakarta yang lebih bersih pada 2030? ”Lalu berapa anggaran yang disiapkan untuk menurunkan persentase emisi transportasi, industri, pembakaran sampah di Jakarta?” ujar Bondan.

Pertanyaan Bondan mungkin mewakili pertanyaan warga DKI Jakarta yang berharap dapat menghirup udara yang lebih sehat di tengah peliknya permasalahan klasik ibu kota.

Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Walhi DKI Jakarta Bagus. Semestinya pemprov harus memiliki kebijakan strategis dan cepat untuk mengatasi pencemaran udara. Yakni dengan membatasi input pencemaran udara di Jakarta. Mulai dari transportasi, industri hingga pembakaran sampah lainnya. ”Harus ada pembatasan cepat dari pemerintah DKI. Dengan melakukan pemantauan secara berkala. Kalau ditemukan azas tidak beradab terhadap lingkungan, izin usaha industri itu bisa saja dicabut,” katanya.

Kemudian terkait transportasi, masih ujar Bagus Pemprov DKI harus bisa membatasi transportasi. Perlu konsep tepat untuk mendukung program tersebut. ”Jadi selain aksi harus ada kebijakan,” ucapnya.

Selain program pembatasan input pencemaran udara, dikatakan Bagus Pemprov DKI juga penting untuk mempercepat ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ia pesimistis RTH di Jakarta bisa secara cepat terpenuhi. Pasalnya, ada pembatasan ruang publik di ibu kota.

“Pemprov DKI saja kesulitan untuk menambah RTH. Mereka tidak ada keberanian untuk menghentikan pembangunan beban berat (gedung bertingkat).banyak RTH yang beralih fungsi menjadi kawasan bisnis atau dikomersilkan,” tegasnya.

Hal yang sama diungkapkan Ketua Komunitas Ciliwung Condet (KCC) Abdul Qodir. Ia menilai program Pemprov DKI untuk mengurangi pencemaran udara dengan penanaman lidah mertua sangat tidak masuk akal. Apalagi program ini tidak didukung dengan percepatan ketersediaan RTH di DKI. ”Tapi berkaca dari RTH Condet. Kami pesimistis Pemprov DKI bisa penuhi 30 persen RTH. Di condet saja, RTH masih diabaikan. Petaninya pun ditelantarkan, jadi belum ada keseriusan,” tutupnya.

Source :
Indopos
Tags: jakartaLingkunganPerubahan IklimPohonPolusiTanam Pohontanaman lidah mertua

Related Posts

Pembakar Lahan Hutan di Siak Diamankan Polisi
Featured

Penanggulangan Terorisme di Masa Pandemi

September 9, 2020
Harimau Mati dengan Jerat di Leher Dianggap Bukti Perburuan Masih Ada
Endangered Species

Harimau Mati dengan Jerat di Leher Dianggap Bukti Perburuan Masih Ada

September 2, 2020
Bioplastik Tidak Hilangkan Masalah Sampah Plastik?
Environment

Bioplastik Tidak Hilangkan Masalah Sampah Plastik?

September 1, 2020
Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur Berpacu dengan Waktu
Fauna

Penyelamatan Badak Sumatera di Kalimantan Timur Berpacu dengan Waktu

September 1, 2020
Aksi Penambangan Emas Ilegal di Aceh Barat Semakin Meningkat
Environment

Aksi Penambangan Emas Ilegal di Aceh Barat Semakin Meningkat

September 1, 2020
Next Post
Hari Anak, TK di Kecamatan Serpong Tanam Bibit Pohon di Taman Kota

Hari Anak, TK di Kecamatan Serpong Tanam Bibit Pohon di Taman Kota

Translate

Our Latest Podcasts

  • No items

Popular Post

Pembakar Lahan Hutan di Siak Diamankan Polisi
Featured

Penanggulangan Terorisme di Masa Pandemi

September 9, 2020
0

  Isu sertifikasi ulama dan istilah ‘radikalisme good looking’ lumayan mendapat banyak sorotan beberapa hari belakangan. Awalnya bersumber dari pernyataan...

Read more
Kapolres Asahan Imbau Pranata Sosial Harus Diaktifkan

Kapolres Asahan Imbau Pranata Sosial Harus Diaktifkan

July 13, 2017
Banjir Landa Belitung dan Belitung Timur, Akses Jalan Putus

Banjir Landa Belitung dan Belitung Timur, Akses Jalan Putus

July 17, 2017
BNPB: Banjir Belitung Akibat Hujan Ekstrem

BNPB: Banjir Belitung Akibat Hujan Ekstrem

July 17, 2017
Limbah Dibuang di Dekat Rusun, Bagaimana Kondisinya Saat Ini?

Limbah Dibuang di Dekat Rusun, Bagaimana Kondisinya Saat Ini?

July 17, 2017
  • About Us
  • Terms and Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Creative Commons
  • Contact Us

Topics

Follow Us

About Us

Ramalanhijau.com is part of Ramalan Hijau Media Group LLC, which delivers daily news around the globe.

© 2011 Ramalan Hijau

No Result
View All Result
  • Indonesia News
  • World News
    • Africa
    • Asia
      • China
      • North Korea
    • Canada
    • Europe
    • Latin America
    • Middle East
    • Russia
    • United Kingdom
    • United States
  • National Security
    • Cyber Security
    • Military
    • Politics
      • Democracy
      • Free Speech
    • Terrorism
  • Business
    • Economy
    • Free Market
  • Science
    • Technology
  • Culture
    • Art
    • Books & Literature
    • Food & Drink
    • Health
    • History
    • Movies & TV
    • Music
    • Privacy
    • Religion
    • Travel
    • Women & Children
  • Environment
    • Climate Change
    • Endangered Species
    • Wildlife
  • Sports
    • Auto Racing
    • Cycling
    • Football
    • Golf
    • Olympics
    • Tennis
    • Water Sports

© 2011 Ramalan Hijau