Di tahun 2017 lalu, warga Filipina digegerkan dengan kemunculan ikan aneh yang diyakini jadi penanda datangnya tsunami.
TRIBUNJATIM.COM – Temuan di pesisir pantai, menggemparkan warga di Kepulauan Mindanao, Filipina, tahun 2017 lalu.
Seperti diberitakan dalam artikel di The Daily Mirror pada 20 Februari 2017, warga menemukan ikan berbentuk aneh terdampar di pantai.
Ikan tersebut punya bentuk fisik yang tak lazim dan pipih, sehingga disebut ‘oarfish‘ (oar = papan dayung).
Bentuknya lebih mirip ular, dengan panjang yang bisa mencapai hingga 4 meter.
Di bagian atas tubuhnya ada semacam duri tajam.
Bagian wajah dari ikan itu juga mengerikan, sehingga warga memanggilnya dengan ikan monster.
Sejak 8 Februari 2017 lalu, warga menyebut sudah ada tiga ikan serupa yang terdampar.
Warga sekitar pulau meyakini, kemunculan ikan ini sebagai pertanda munculnya gempa.
Bahkan, ada yang mengatakan, kemunculan ikan ini sebagai pertanda bakal datangnya bencana tsunami.
Warga meyakini, ikan itu berdiam di kedalaman 200 hingga 1.000 meter di bawah laut, termasuk di daerah gunung berapi di dalam laut.Sehingga, kemunculan ikan itu ke daratan, diduga karena ikan-ikan itu punya insting dengan perubahan cuaca di dalam laut.
Sebelumnya, nelayan juga menemukan ikan serupa di kawasan Agusan del Norte, Kepulauan Mindanao, pada 8 Februari 2017.
Dua hari setelahnya, gempa 6,7 Skala Richter menghantam kawasan tersebut.
Penemuan terakhir ikan ini terjadi pada 15 Februari 2017, di pantai di Kota Cagayan de Oro.
Satu fotonya diunggah oleh seorang netizen Facebook bernama Elesa Rosé Jane Allocod.
Ikan yang ditemukan warga ini, disebutkan The Daily Mirror, sepanjang 4,5 meter.
Ikan ini sendiri disebutkan bisa tumbuh hingga sepanjang 17 meter.
Di Jepang, ikan ini disebut ‘Messenger from the Sea God’s Palace’ atau ‘Sang Pembawa Pesan dari Kerajaan Dewa Lautan’.
Beberapa ikan juga muncul di Jepang, sebelum tsunami menyapu pada tahun 2011 silam.
Seorang pakar gempa asal Jepang, Kiyoshi Wadatsumi, pernah mengatakan hal mengenai ikan tersebut dalam sebuah artikel di Japan Times tahun 2010.
Wadatsumi mengatakan, makhluk hidup dari bawah laut memang kerap jadi penanda datangnya bencana.
“Ikan dari laut dalam yang hidup di dasar laut lebih sensitif terhadap perubahan alam, dibanding yang hidup di perairan bagian atas,” katanya.
